Kamis, 25 Februari 2010

HADIS TENTANG MACAM-MACAM JUAL-BELI YANG SAH dan TERLARANG

I. PEMBAHASAN
A. Mulamasah, Muhaqalah, dan Munabadhah
عن جابر رضي الله عنه, أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن المحاقلة, والمزابنة, والمخابرة, وعن ثنيا, إلا أن تعلم. (رواه الخمسة إلا ابن ماجه, وصححه الترميذي)
Artinya :
Dan dari Jabirin ra. : Sesungguhnya Rasulullah SAW melarang (jual beli) muhaqalah, muzabanah, mukhabarah, dan tentang tsun-yi, kecuali jika diketahui. (Diriwayatkan oleh lima rawi kecuali Ibnu Majah, dan dishohihkan oleh Tirmidzi).
1. Muhaqalah
Muhaqalah adalah jual-beli dengan cara memperkiran sewaktu masih di ladang atau di sawah. Jabir seorang perowi hadist mentafsirkan “Al-Muhaqalah”, bahwasanya muhaqalah adalah jual-beli padi yang dilakukan oleh seseorang dari seseorang dengan harga 100 berbeda dari gandum, Abu Abid mentafsirkan bahwasanya muhaqalah adalah jual-beli makanan, yaitu berupa benih. Dan Malik mentafsirkannya mengambil padi yang sebagian sedang tumbuh dan hal yang semacam ini (menurut Malik) adalah sama dengan mukhobaroh. Dan jauh lebih dalam mengenai tafsiran ini bahwasanya sahabat lebih mengetahui dengan tafsiran yang telah diriwayatkannya, dan telah ditafsirkan oleh Jabir dengan apa yang telah ia ketahui seperti yang telah diriwayatkan oleh syafi’i.
2. Muzabanah
Muzabanah diambil dari kata al-zaban dengan cara dibaca fathah za'nya dan menusukun ba' adalah pembayaran yang besar (borongan) seakan-akan setiap orang dari para pembeli membayar yang lain dari (harga) yang sebenarnya atau jual-beli borongan tanpa mengetahui takaran dan timbangannya. Dan Ibn Umar mentafsirkannya seperti apa yang telah diriwayatkan oleh Malik dengan jual-beli kurma basah yang ditakar dengan takaran kurma kering dan jual-beli anggur basah yang ditakar dengan takaran anggur kering (diriwayatkan oleh Syafi’i).
3. Mukhabarah
Mukhabarah adalah jual beli secara perjanjian pengolahan tanah dengan bagi hasil tertentu antara pemilik tanah dengan seseorang yang mengolah tanah, dengan ketentuan bahwa benih diusahakan oleh si pemilik. Mukhabarah sama dengan muzara'ah dan muzara'ah ketentuan benih diusahakan oleh penggarap tanah. Hasil dari pengolahan tanah terebut dibagi dua antara pemilik tanah dengan penggarap. Tanah yang diolah tidak ikut dibagi, tetapi menjadi hak pemilik tanah. Hukum mukhabarah dan muzaraah adalah mubah, yaitu upaya untuk membangun ekonomi umat.
4. Jual-beli tsun-yi (belum diketahui)
Bahwasanya tsun-ya itu dilarang kecuali yang telah diketahui bentuknya menjual sesuatu dan mengecualikan sebagiannya. Kecuali jikalau sebagian telah diketahui maka jual beli tersebut disyahkan. Seperti menjual beberapa pohon atau anggur dan mengecualikan salah atu yang jelas maka jual beli yang seperti itu disyahkan. Kesepakatan Ulama’ mereka berkata kalau ada perkataan kecuali sebagiannya maka tidak syah karena pengecualian itu majhul (tidak diketahui). Dan jelasnya hadis itu adalah jika mengetahui ketentuan pengecualian maka syah secara muthlaq. Dan ada perkataan tidak syah sesuatu yang dikecualikan lebih dari 1/3. Bentuk ini di dalam pelarangan terhadap tsun-yi adalah al-juhalah (tidak diketahui), dan sesuatu yang belum diketahui maka tidak ada alasan karena telah keluar dari hukum pelarangan dan telah diperingatkan oleh nash dalam alasan (ilat) dengan ucapan “إلا أن تعلم ” (kecuali telah diketahui).
وعن أناس قال : نهى رسول الله صلى الله وسلم عن المحاقلة, والمخاضرة, والملا مسة, والمنابذة, والمزابنة. (رواه البخاري)
Artinya :
Dari Annas Berkata : Rasulullah SAW melarang (jual-beli) muhaqalah, mukhadharah, mulamasah, munabadzah, dan muzabanah. (H.R. Bukhari).
5. Mukhadharah
Adalah jual beli buah-buahan atau benih sebelum terlihat baik (matangnya). Dan telah terjadi ikhtilaf dalam Ulama’ dalam mengesyahkan jual-beli tersebut dari buah-buahan ataupun pertanian dan ada golongan yang mengatakan jikalau telah sampai batas diambil manfa'at darinya walaupun buah yang telah diambil belum matang dan belum tumbuh benihnya maka jual beli seperti ini syah dengan syarat yang putus (jikalau nantinya buahnya tidak tumbuh atau gagal panen maka jual-beli tersebut tidak jadi atau batal). Dan jikalau ada syarat kekal maka tidak syah secara kesepakatan karena syarat itu menurut Malik memberatkan (menyusahkan) pembeli atau karena syarat itu terjadi dua akad antara penjual dan pembeli di dalam sebuah akad adalah sewa-menyewa atau jual-beli, dan jikalau telah sampai batas diambil manfa'at dan belum tumbuh benih dan telah diambil buah yang belum matang maka jual beli tersebut shahih (keepakan ulama') kecuali adanya syarat yang kekal dari pembeli, maka ada perkataan : jual beli tidak dibenarkan dan dikatakan benar (syah) dan dikatakan jikalau ada waktu yang diketahui maka syah dan jikalau waktu terebut belum diketahui maka tidak syah walaupun telah sampai pengambilan manfa'at sebagian darinya tanpa sebagian yang lain maka jual beli itu tidak syah menurut pengikut hanafiah jual beli itu telah terputus dan tidak ada dalilnya.


6. Mulamasah
Dan diantaranya telah diriwayatka oleh Bukhori dari Al-zahro mulamasah adalah Seseorang memegang kain orang lain dengan tangannya pada malam hari atau siang hari tanpa membolak-baliknya, kecuali dengan cara itu dan diriwayatkan oleh Nasa’I dari hadis Abu Hurairoh. Mulamasah adalah seseorang berkata kepada orang lain saya menjual pakaianku dengan pakaianmu dan salah satu dari mereka tidak tidak melihat pakaian yang lain akan tetapi ia memegangnya.tatkala Ahmad meriwayatkan dari Abdurrazaq dari mu'amar mulamasah adalah memegang pakaian dengan tangannya dan tidak membentangkannya dan tidak membaliknya kalau telah memegangnya maka wajib terjadi jual beli dan Muslim dari hadis Abu Hurairah setiap salah satu dari mereka memegang pakaian temannya dari tanpa mengamat-amati (memperhatikan).
7. Munabadzah
Adalah seseorang melempar kain kepada oarang lain, dan orang lain ini balik melemparkan kainnya. Dan ditafsirkan seperti yang diriwayatkan Ibn Majah dari thariq Syufyan dari Zahra al-Munabadzah adalah seseorang berkata lemparlah sesuatu bersamamu kepadaku dan saya melempar sesuatu bersamamu kepadamu dan Nasa'I dari hadis Abu Hurairah berkata saya melempar seuatu bersamaku dan kamu melempar sesuatu bersamamu dan setiap salah satu dari mereka membeli dari yang lainnya dan setiap salah satu dari mereka tidak tahu berapa dengan yang lainnya. Dan Ahmad dari Abdurrazaq dari Mu'amar Al-munabadzah kalau pakaian telah dilempar maka wajib ada jual-beli dan Muslim dari hadis Abu Hurairah munabadzah adalah setiap salah satu dari mereka melempar pakainnya kepada yang lainnya dan salah satu dari mereka belum melihat pakaian temannya dan diketahui dari perkataannya : "maka wajib jual-beli" sesungguhnya jual-beli mulamasah dan munabadzah adalah menjadikan di dalamnya seseorang memegang atau melempar dengan tanpa adanya aqad maka telah jelas pelarangan yang diharamkan.
عن أبى سعيد الخدري, قال : نهي رسول الله صلى الله عليه وسلم عن لباستين وعن بيعتين : نهى عن الملامسة والمنابذة فى البيع : والملامسة لمس الرجل ثوب الأ خر بيده باليل أر باالنهار ولا يقلبه الا بذلك, والمنابذة أن ينبذ الرجل الى الرجل بثوبه وينبذ الأخر ثوبه, ويكون ذلك بيعهما من غير نظر زلا تراض. واللباستين : اشتمال الصماء : والصماء أن يجعل ثوبه على أحد عاتقيه, فيبدو أحد شقيه ليس عليه ثوب, واللباسة الاخرى احتباؤه بثوبه وهو جالس ليس على فرجه منه شئ. (رواه البخرى)
Artinya :
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, di mana ia berkiata : Rasulullah SAW melarang dua cara berpakaian dan jual beli. Berliau melarang secara mulamasah dan munabadzah dalam jual beli. Mulamasah ialah : seseorang memegang kain orang lain dengan tangannya pada malam hari atau siang hari tanpa membolak-baliknya, kecuali dengan cara itu. Munabadzah ialah : seseorang melemparkan kain kepada orang lain, dan orang lain ini balik melemparkan kainnya. Dengan demikianlah terjadi jual-beli diantara keduanya dengan tanpa melihat (barang) dan tanpa ada persetujuan. Sedang dua cara berpakaian, ialah : meletakkan kain atas satu pundak, sedang pundak yang sebelah tidak ditutupi maka terbukalah salah satu lambungnya. Cara berpakaian yang lain, ialah duduk memeluk lutut, sedang ia dalam keadaan duduk, yang pada kemaluan (kelamin)-nya tidak ada tutup apapun. (H.R. Bukhari).
B. Jual Beli Ijon dan jual beli ghoror
وعن ابن عباس رضي الله عنهما قال : نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم أن تباع ثمرة حتى تطعم, ولا يباع صوف على ظهر, ولا لبن فى ظرع (رواه الطبراني فى الأوسط, والدارقطني)
Artinya :
Dan dari Ibn Abbas ra. Berkata : Rasulullah SAW melarang menjual buah kecuali telah matang, dan wol tidak boleh dijual (yang masih melekat di) punggung (domba), dan susu tidak boleh dijual (yang masih berada) di dalam tetek hewan.

1. Jual beli ijon
Bahwasanya di dalam islam dilarang jual beli ijon yaitu jual beli pembayaran uang di muka sebelum uang yang akan dijualnya siap dijual, dengan pembayaran jauh lebih murah dari harga yang semestinya, karena pemilik barang sangat membutuhkan uang tersebut. Jual beli system ijon dilarang oleh Rasulullah melalui hadisnya :
عن أناس بن مالك أن رسول الله صلى الله عليه وسلم نهى عن بيع الثمرة حتى تزهي, قالوا وما تزهي قال تحمر(رواه مسلم)
Artinya :
Dari Annas Ibn Malik bahwa Rasulullah SAW melarang menjual buah-buahan kecuali telah masak (waktunya dipanen). Para sahabat bertanya : Bagaimana yang telah masak itu?. Nabi menjawab : Jika telah memerah (HR Musalim).
2. Jual beli ghoror
Jual beli ghoror adalah jual-beli barang yang tidak dapat dipegang atau diraba. Dimisalkan dalam hadis di atas penjualan wol yang masih melekat di punggung domba. Dan penjualan susu yang masih ada di dalam tetek hewan (sapi, dll).
Jual-beli ghoror dilarang karena menyebabkan penyesalan bagi pihak pembeli. Kerena barang yang dijual masih belum jelas baik atau buruknya barang terebut. Kalau menjual wol, wol tersebut harus sudah terpisah dari domba dan tidak lagi berbentuk bulu. begitu pula penjualan susu. Susu tersebut harus sudah diperas. Maksudnya jual beli itu syah apabila dimiliki secara penuh.
و عن بن مسعود قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لا تشتروا السمك فى الماء, فإنه غرار (رواه أحمد) واشار إلى أن الصواب وقفه.



Artinya :
Dari Mas’ud berkata : Rasulullah SAW bersabda : janganlah kamu membeli ikan yang masih ada di dalam air, maka sesungguhnya penjualan tersebut adalah “ghoror”. (HR Ahmad)
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لا تبيعن شياء اشتريته حتى تقبضه (رواه أحمد وبيهقى)
Artinya :
Bahwa Rasulullah SAW bersabda : janganlah kamu menjual sesuatu yang baru saja engkau beli, sehingga engkau menerimanya secara penuh (HR Baihaqi)
C. Jual Beli Wafa’
Jual beli wafa' adalah jual beli bersyarat. Yaitu seseorang menjual barang dengan harga 400 dengan memberikan syarat kepada pembeli berupa perkataan : "nanti barang ini jangan dijual kepada siapapun, nanti kalau sudah tiga bulan akan saya beli lagi dengan haraga 500".
Dari kasus ini menurut fuqaha' ada unsur riba, karena ada perjanjian awal yang memberikan syarat kepada pembeli dengan membeli lagi barang yang dijual dalam batas waktu dengan harga yang lebih.

II. KESIMPULAN
Dari makalah ini penulis dapat menarik kesimpulan bahwasanya jual beli yang mengandung spekulasi yang tinggi dan segala jual beli yang belum diketahui adalah dilarang dalam islam karena jual beli yang demikian dapat mengakibatkan kerugian dan penyesalan salah satu pihak. Esensi jual beli di dalam islam adalah kegiatan saling tolong menolong antara penjual dan pembeli bukan hanya untuk memperoleh keuntungan semata. Tetapi juga harus dilihat kemanfaatan dan kemaslahatan. Seperti dalam Firman Allah SWT :
وتعاونوا علىالبر و التقوى ولا تعاونوا علىالإثم والعدوان (


Artinya :
Tolong-menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Ahmad Atho, Muhammad, Subul As-salam, Dar Al-kutub Al-alamiyah, Beirut, Lebanon, 1988
Fuad Abdul Baqi, Muhammad, Al-lu'lu' wal Marjan, Al-ridha, Semarang, 1993
Bahreisj, Husein, Himpunan Hadis Shahih Muslim, Al-ikhlas, Surabaya, 1987
Muhammad bin Ahmad Al-muhalli, Halaluddin, Hashyiyatani Qulyubi wa Umairah, Dar Al-Fikr, Beirut, Lebanon, 1995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar